Irvanuddin |
Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang
sedang menjalani pendidikan di
sebuah universitas atau perguruann tinggi.
Sepanjang sejarah, mahasiswa di
berbagai bagian dunia telah mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara.
Misalnya, di Indonesia pada Mei 1998 silam, ribuan mahasiswa berhasil memaksa
Presiden Soeharto untuk mundur
dari jabatannya.
Mahasiswa merupakan eleman
masyarakat yang sangat sentral dalam memajukan sebuah peradaban. Bila berbicara
mengenai mahasiswa identik dengan pemuda. Pemuda yang memiliki gejolak semangat
perubahan yang progresif. Mahasiswa juga identik dengan kaum intelektual yang
dengan ide-ide dan gagasan-gagasan cemerlangnya mampu membuat arus perubahan
yang signifikan bagi kemajuan suatu bangsa.
Kekuatan mahasiswa tidak bisa
dipandang sebelah mata. Terkadang, para golongan tua yang sudah merasa memiliki
perngalaman lebih memandang sebelah mata terhadap mahasiswa. Jadi, porsi yang
diberikan untuk turut andil dalam kamajuan bangsa jarang dilibatkan (dalam
artian mengambil kebijakan). Tapi, bila dilihat lebih jauh lagi, mahasiswa
sebagai kaum intelektual, pemuda, dan juga elemen masyarakat hanya dijadikan “robot
penggerak” bagi jalannya sebuah pemerintahan (legitimasi).
Dan bila berbicara mengenai pendidikan
bangsa, tentu tidak bisa lepas dari peran mahasiwa sendiri. Disisi lain,
mahasiswa sangat berperan dalam memajukan pendidikan bangsa. Identitas dan
ideologis mereka sebagai kaum intelektual memberikan aroma segar bagi
pendidikan. Apalagi bagi mereka (mahasiswa) yang hasil produk dari univesitas
atau perguruan tinggi yang berorientasi atau berlatar belakang pendidikan dan
mencetak guru. Akan tetapi, belum tentu produk dari perguruan tinggi seperti
itu juga berimbas melahirkan generasi muda yang progresif dan bermental
pembangunan. Tentu saja banyak faktor yang mendukung hal tersebut.
Karena, pada era sekarang ini,
justru mahasiswa sudah kehilangan ruh sebagai penggerak peradaban. Banyak
mahasiswa yang sudah meninggalkan kebesaran identitas ke-mahasiswa-an
mereka. Mahasiswa lebih cendrung berfikir pragmatis dan individualistis. Tidak
heran, karena arus globalisasi yang tidak difikter dengan baik berdampak kepada
generasi muda (mahasiswa) dan akhirnya ujung tombak dalam memajukan bangsa
pupuslah sudah.
Mahasiswa saat ini bisa dikatakan mengalami
tidur panjang dan belum bangun dari tempat tidurnya. Dalam hal ini mahasiswa
terkesan kehilangan peranya sebagai mahasiswa yaitu “agent of change, iron
stock dan guardian of value”. Dominasi sifat karakter pragmatis dan
kapitalis individualis inilah yang menyebabkan hilangnya ruh dan marwah
mahasiswa dimata masyarakat. Mereka para mahasiswa mayoritas berpaham pragmatisme
dengan falsafah “wani piro???”.
Saat ini bangsa Indonesia masih
menunggu bangunya para mahasiswa dari tidur panjangnya, sehingga mereka para
mahasiswa mampu menyuarakan aspirasi masyarakat dengan penuh ikhlas dan tanpa
pamrih. Oleh karena itu, marilah, segenap warga Negara Indonesia tanpa terekecuali,
mahasiswa khusunya, ingatlah peran kita terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar